Konten Edukatif Vs Konten Hiburan: Mana Lebih Efektif untuk Brand?

content creation brand

Setiap hari, kita dibanjiri konten dalam jumlah luar biasa. Dari bangun tidur hingga menjelang malam, ada ribuan informasi yang lewat di timeline mereka. Sebagian berupa edukasi, sebagian lagi hiburan, dan sisanya mungkin campuran keduanya.

Bagi brand, situasi ini menimbulkan pertanyaan penting: jenis konten apa yang paling efektif untuk menarik perhatian, membangun koneksi, dan akhirnya menggerakkan audiens? Apakah brand sebaiknya tampil sebagai “guru” yang penuh wawasan, atau sebagai “teman” yang menghibur dan menyenangkan?

Pertanyaan ini tidak bisa dijawab secara hitam-putih. Edukasi dan hiburan memiliki peran berbeda dalam strategi komunikasi, dan keduanya bisa menjadi senjata ampuh bila digunakan dengan tepat.

Mengapa Edukasi Penting bagi Brand

Konten edukatif menempatkan brand sebagai sumber pengetahuan. Ia hadir bukan hanya untuk menjual, tetapi juga untuk membantu audiens memahami sesuatu yang relevan dengan kehidupan mereka.

Brand di bidang skincare, misalnya, bisa membagikan tips tentang perawatan kulit harian. Brand keuangan bisa memberi insight soal cara mengatur anggaran. Brand teknologi bisa mengajarkan trik memakai aplikasi dengan lebih efisien. Semua ini memberi nilai nyata bagi audiens, membuat mereka merasa terbantu, dan secara alami membangun kepercayaan.

Kepercayaan ini sangat penting. Dalam perjalanan konsumen, trust adalah faktor utama sebelum seseorang memutuskan membeli. Dengan terus menghadirkan edukasi yang konsisten, brand menunjukkan bahwa mereka benar-benar menguasai bidangnya. Edukasi bukan hanya soal mengajar, tapi juga membuktikan otoritas.

Kekuatan Hiburan dalam Menarik Perhatian

Namun, edukasi saja sering kali terasa berat. Tidak semua orang datang ke media sosial untuk belajar. Banyak yang sekadar ingin melepas penat, mencari tawa, atau menikmati sesuatu yang ringan. Di sinilah hiburan memegang peranan penting.

Konten hiburan mampu memikat perhatian dalam hitungan detik. Video lucu, meme, atau storytelling yang menyentuh sering kali lebih mudah viral dibanding postingan edukatif yang penuh teks. Hiburan memancing emosi—senyum, tawa, atau rasa haru—dan emosi adalah bahan bakar engagement.

Bagi brand, hiburan adalah pintu masuk. Ia memperkenalkan nama brand ke audiens baru dengan cara yang menyenangkan. Bahkan ketika pesan yang disampaikan sederhana, hiburan bisa meninggalkan kesan kuat yang membuat brand lebih diingat.

Contoh nyatanya bisa kita lihat dari brand fast food yang sering mengandalkan humor receh di media sosial. Konten mereka mungkin tidak memberi edukasi mendalam, tapi engagement yang tercipta luar biasa. Orang ikut tertawa, membagikan ulang, bahkan menjadikan brand sebagai bagian dari percakapan sehari-hari.

Efektivitas Konten di Mata Audiens

Konten edukatif unggul dalam membangun trust jangka panjang. Ia membuat audiens percaya bahwa brand punya keahlian, serius dengan bidangnya, dan layak dijadikan pilihan. Edukasi memperkuat fondasi brand, terutama dalam industri yang menuntut kredibilitas tinggi seperti kesehatan, keuangan, atau pendidikan.

content creation brand

Sebaliknya, konten hiburan lebih unggul dalam mencuri perhatian cepat dan membangun kedekatan emosional. Ia memperluas jangkauan, meningkatkan interaksi, dan membuat brand terasa lebih “manusiawi”. Cocok untuk membangun awareness di tahap awal perjalanan konsumen.

Dengan kata lain, edukasi dan hiburan punya efektivitas yang berbeda. Edukasi memberi kedalaman, hiburan memberi jangkauan. Brand yang bisa mengombinasikan keduanya akan punya strategi yang lebih kokoh.

Strategi Menggabungkan Keduanya

Tidak ada aturan bahwa brand harus memilih salah satu. Faktanya, kombinasi edukasi dan hiburan sering kali menjadi strategi paling efektif.

Edukasi bisa dikemas dengan gaya ringan dan menghibur agar lebih mudah dicerna. Misalnya, brand kesehatan membuat konten tips olahraga lewat video singkat penuh humor. Atau brand teknologi menjelaskan fitur aplikasi dengan gaya storytelling yang menghibur.

Sebaliknya, konten hiburan bisa diselipkan nilai edukatif agar lebih bermakna. Meme atau video lucu yang tetap membawa insight sederhana bisa membuat audiens terhibur sekaligus belajar sesuatu.

Kuncinya ada pada memahami tujuan komunikasi. Jika brand ingin memperkuat awareness, hiburan bisa lebih dominan. Jika ingin membangun trust dan kredibilitas, edukasi perlu lebih banyak. Tapi ketika keduanya dipadukan, konten akan terasa lebih lengkap: menarik perhatian sekaligus memberi nilai.

Brand Sukses dengan Edukasi

Salah satu contoh nyata adalah Ruangguru. Brand edtech ini konsisten menyajikan konten edukatif di media sosial, mulai dari tips belajar cepat hingga insight karier. Mereka membangun positioning kuat sebagai platform belajar yang bisa dipercaya. Edukasi menjadi fondasi, dan engagement yang tercipta lahir dari rasa percaya audiens terhadap nilai yang diberikan.

Di ranah internasional, ada HubSpot yang terkenal dengan blog dan konten edukasi marketing. Mereka memberikan artikel, e-book, hingga webinar gratis. Hasilnya, HubSpot bukan sekadar software, tapi juga dianggap sebagai sumber ilmu digital marketing. Edukasi membuat brand mereka punya otoritas global.

Brand Sukses dengan Hiburan

Di sisi lain, brand seperti Wendy’s di Amerika atau HokBen di Indonesia sering mengandalkan konten hiburan. Wendy’s misalnya, terkenal dengan cuitan sarkastis di Twitter yang sering jadi viral. Mereka tidak memberi edukasi, tapi humor itu membuat brand terasa dekat dan relevan dengan generasi muda.

HokBen juga menggunakan pendekatan ringan di media sosial. Konten lucu seputar makanan, dikaitkan dengan tren yang sedang viral, membuat brand mereka sering masuk percakapan netizen. Hiburan ini memperkuat brand awareness dan membuat HokBen terasa lebih akrab.

Kombinasi Edukasi dan Hiburan

Ada juga brand yang sukses menggabungkan keduanya. Contoh jelasnya adalah Duolingo. Aplikasi belajar bahasa ini menggunakan konten edukatif yang dikemas dalam bentuk hiburan di TikTok. Maskot burung hijau mereka tampil dalam sketsa lucu, sekaligus mengingatkan pengguna untuk belajar bahasa. Hasilnya? Edukasi tetap tersampaikan, tapi dengan cara yang ringan, menghibur, dan mudah viral.

Di Indonesia, Jenius dari BTPN melakukan hal serupa. Konten mereka di media sosial sering menggabungkan edukasi finansial dengan gaya visual yang playful. Edukasi tentang mengelola uang disajikan lewat bahasa ringan, relatable, bahkan kadang jenaka. Pendekatan ini membuat pesan finansial yang serius jadi lebih mudah diterima anak muda.

Jalan Tengah yang Relevan

Jadi, mana yang lebih efektif—konten edukatif atau hiburan? Jawabannya: tergantung tujuan brand. Edukasi membangun fondasi kepercayaan, hiburan membuka pintu perhatian.

Dalam praktiknya, brand tidak harus memilih salah satu. Justru, kekuatan terletak pada bagaimana keduanya berpadu. Edukasi tanpa hiburan bisa terasa kaku, sementara hiburan tanpa edukasi bisa kehilangan arah. Ketika keduanya bersinergi, brand bisa menghadirkan konten yang informatif sekaligus menyenangkan.