
Media sosial saat ini mendominasi layar smartphone, banyak yang mempertanyakan: apakah email marketing masih relevan? Dari Instagram Ads, TikTok Shop, hingga iklan berbasis AI, strategi pemasaran digital berkembang begitu cepat. Email, di sisi lain, sering dianggap kuno, ketinggalan zaman, dan kurang menarik bagi generasi baru.
Namun, sebelum buru-buru menyingkirkannya dari daftar strategi pemasaran, ada baiknya melihat kembali peran email marketing secara lebih mendalam. Faktanya, banyak bisnis dari berbagai skala masih mengandalkan email sebagai salah satu kanal utama dalam berkomunikasi dengan pelanggan. Email marketing mungkin tidak lagi jadi “bintang utama”, tetapi ia tetap memegang peran penting yang tidak tergantikan dalam ekosistem pemasaran digital.
Artikel ini akan membahas bagaimana email marketing berevolusi, apa saja keunggulan dan keterbatasannya, serta bagaimana ia bisa dipadukan dengan strategi digital lain untuk menciptakan hasil maksimal.
Email Marketing dari Masa ke Masa
Email marketing lahir seiring dengan perkembangan internet. Pada akhir 1990-an hingga awal 2000-an, email menjadi salah satu cara paling populer bagi brand untuk menyebarkan informasi. Newsletter sederhana biasanya dikirim massal ke ribuan alamat email tanpa penyesuaian khusus bagi penerimanya. Pada masa itu, tingkat keterbacaan sangat tinggi karena inbox masih relatif sepi dan orang merasa antusias setiap kali menerima pesan baru.
Memasuki pertengahan 2000-an, email marketing semakin masif. Banyak perusahaan menggunakan email untuk mengirimkan katalog digital, promosi, dan update produk. Namun, strategi ini juga membawa masalah baru: spam. Inbox pengguna dibanjiri pesan promosi yang tidak relevan, hingga akhirnya muncul regulasi seperti CAN-SPAM Act di Amerika Serikat dan aturan serupa di berbagai negara lain.
Tahun 2010-an membawa perubahan signifikan. Munculnya smartphone membuat akses email jadi lebih cepat dan personal. Di sisi lain, algoritma penyedia layanan email seperti Gmail mulai menyaring pesan ke dalam kategori Primary, Promotions, atau Spam, sehingga brand dituntut lebih kreatif agar tetap terlihat oleh audiens.
Kini, email marketing bertransformasi menjadi strategi yang lebih canggih. Bukan sekadar blast massal, tetapi melibatkan segmentasi, personalisasi, dan automation. Email kini bukan hanya media promosi, melainkan elemen penting dalam customer journey—mulai dari menyambut pengguna baru, merawat calon pelanggan, hingga mempertahankan loyalitas pelanggan lama.
Fakta tentang Email Marketing
Walau kerap dianggap usang, fakta menunjukkan bahwa email marketing tetap memiliki relevansi yang kuat.Menurut laporan Statista 2024, jumlah pengguna email global mencapai lebih dari 4,4 miliar orang, hampir dua kali lipat pengguna Instagram. Artinya, email tetap menjadi kanal komunikasi digital yang paling luas jangkauannya.
Dari sisi performa, email marketing menawarkan ROI (Return on Investment) yang luar biasa. Berdasarkan riset Litmus 2023, setiap $1 yang dikeluarkan untuk email marketing dapat menghasilkan rata-rata $36. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding banyak kanal pemasaran digital lainnya.

Untuk open rate, data menunjukkan rata-rata global berada di kisaran 20–25%, meskipun angka ini bervariasi tergantung industri. Sementara click-through rate (CTR) rata-rata sekitar 2–5%. Mungkin terlihat kecil, tapi jika dibandingkan dengan tingkat keterlibatan (engagement rate) di media sosial yang biasanya kurang dari 1%, email tetap lebih unggul dalam mendorong aksi nyata.
Yang menarik, email juga masih memegang peranan penting dalam proses konversi. Survei HubSpot 2024 menunjukkan bahwa 60% konsumen lebih suka menerima penawaran promosi melalui email dibanding iklan media sosial. Hal ini menandakan bahwa meskipun media sosial lebih unggul dalam awareness, email tetap menjadi kanal favorit untuk penawaran yang lebih personal.
Kelebihan Email Marketing
Meski digempur banyak kanal baru, ada sejumlah keunggulan email marketing yang membuatnya tetap relevan hingga kini:
1. Kepemilikan Data Sendiri
Berbeda dengan media sosial yang dikendalikan algoritma dan platform, daftar email (subscriber list) adalah aset milik brand sendiri. Jika algoritma media sosial berubah, Anda bisa kehilangan jangkauan. Namun, dengan email, kontrol penuh tetap ada di tangan bisnis.
2. Biaya Relatif Rendah dengan ROI Tinggi
Membangun kampanye email bisa dilakukan dengan biaya yang jauh lebih rendah dibanding iklan digital berbayar. Perangkat lunak email marketing kini jauh lebih mudah dijangkau, bahkan banyak yang menawarkan paket gratis khusus untuk usaha kecil.
3. Personalisasi yang Kuat
Teknologi modern memungkinkan email disesuaikan hingga ke tingkat individu: nama penerima, preferensi produk, bahkan rekomendasi khusus. Personalisasi semacam ini mampu meningkatkan kemungkinan terjadinya interaksi yang lebih besar.
4. Tidak Tergantung Algoritma Media Sosial
Jika konten di Instagram atau TikTok bisa hilang tertutup algoritma, email tetap sampai ke kotak masuk pelanggan (meski kadang masuk ke folder Promotions). Artinya, peluang dilihat tetap lebih besar.
5. Peran Strategis dalam Customer Journey
Email bisa dimanfaatkan di berbagai tahap perjalanan konsumen: mulai dari pesan sambutan saat pendaftaran, pengingat keranjang belanja yang ditinggalkan, hingga program loyalitas pelanggan. Hal ini menjadikan email salah satu kanal paling fleksibel dalam strategi pemasaran.
Keterbatasan Email Marketing
Tentu saja, email marketing tidak lepas dari kelemahan. Beberapa tantangan yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Risiko Masuk Spam
Meski isi email menarik, jika sistem mengategorikannya sebagai spam, maka kampanye bisa gagal total. Karena itu, pengaturan teknis seperti autentikasi domain (SPF, DKIM, DMARC) sangat penting.
2. Konten Harus Konsisten
Audiens cepat kehilangan minat jika email yang diterima monoton atau terlalu banyak promosi. Dibutuhkan strategi konten yang kreatif agar pelanggan tetap tertarik membuka email.
3. Inbox Semakin Penuh
Saat ini pengguna menerima puluhan hingga ratusan email setiap harinya. Karena itu, persaingan di inbox sangat ketat, menjadikan judul email dan waktu pengiriman sebagai faktor penentu.
4. Tantangan Privasi dan Regulasi
Dengan meningkatnya kesadaran privasi, banyak pengguna semakin selektif berbagi alamat email. Selain itu, aturan seperti GDPR di Eropa dan pembaruan Apple Mail Privacy Protection membuat data open rate menjadi kurang akurat.
Alternatif Email Marketing
Daripada menggantikan email, kanal pemasaran baru lebih tepat disebut pelengkap. Beberapa strategi populer yang bisa dipadukan dengan email antara lain:
- WhatsApp Marketing: Lebih personal dan langsung, cocok untuk reminder atau follow-up cepat.
- Push Notification: Efektif untuk e-commerce dan aplikasi, memicu interaksi instan.
- SMS Marketing: Meski sederhana, SMS tetap efektif di sejumlah sektor, terutama untuk penyampaian notifikasi penting.
- Media Sosial: Bekerja efektif untuk menarik awareness, sementara email menjaga engagement jangka panjang.
Dengan mengombinasikan email dengan kanal komunikasi lainnya, sebuah brand dapat menghadirkan interaksi yang lebih menyeluruh. Misalnya, awareness dibangun lewat media sosial, minat diperdalam lewat email edukatif, lalu konversi diperkuat lewat WhatsApp reminder.
Kesimpulan
Email marketing masih sangat layak dijadikan strategi pemasaran di era digital. Meski tidak lagi satu-satunya kanal utama, email memiliki kelebihan unik: kepemilikan data, biaya rendah dengan ROI tinggi, serta fleksibilitas dalam mendukung perjalanan pelanggan.
Tantangannya ada pada persaingan inbox, risiko spam, dan regulasi privasi. Namun dengan pendekatan yang tepat—seperti personalisasi, konten bernilai, serta integrasi dengan kanal lain—email tetap menjadi salah satu strategi paling efektif untuk membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan.
Jadi, apakah email marketing masih relevan? Jawabannya: iya, sepanjang brand mampu beradaptasi dengan kebutuhan audiens modern. Email bukan sekadar alat promosi, tetapi fondasi komunikasi yang bisa menjaga kedekatan antara bisnis dan pelanggan.